Kamis, 22 Januari 2009
Tribute to Palestinian
Palestina merupakan sebuah negara yang berbentuk Republik Parlementer yang diumumkan berdirinya pada tanggal 15 November 1988 di Aljiria, ibu kota Aljazair. Berbeda dengan kebanyakan negara di dunia yang mengumumkan kemerdekaannya setelah memperoleh Konsesi Politik dari negara penjajah, Palestina mengumumkan eksistensinya bukan karena mendapat konsesi politik dari negara lain, melainkan untuk mengikat empat juta kelompok etnis dalam satu wadah, yaitu negara Palestina. Dalam pengumuman itu ditetapkan pula bahwa Yerusalem Timur (akan) dijadikan ibu kota negara.
Kepala negara saat ini adalah Presiden Mahmud Abbas, yang menggantikan Alm. Yasser Arafat. Dewan Nasional Palestina, yang identik dengan Parlemen Palestina, beranggotakan 500 orang. Kedalam, lembaga ini terdiri dari:
* Komite Eksekutif.
* Kesatuan Lembaga Penerangan.
* Lembaga Kemiliteran Palestina.
* Pusat Riset Palestina.
* Pusat Tata Perencanaan Palestina.
Dalam hal ini, Komite Eksekutif membawahkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Penerangan, Pendanaan Nasional Palestina, Organisasi Massa, Tanah Air yang Diduduki, Perwakilan PLO, Masalah Politik, Masalah Administrasi dan Masalah Kemiliteran.
Berdirinya negara Palestina didorong oleh keinginan untuk menyatukan penduduk Palestina yang terdiri dari beraneka ragam etnis. Pengumuman berdirinya negara ini dilakukan oleh Ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Yasser Arafat yang kemudian menjadi Presiden Palestina, dari pusat pemerintahan di pengasingan, di Aljiria, Aljazair. Dari segi hukum interansional, eksistensi negara ini rapuh karena selain tidak diakui sebagian negara anggota Dewan Keamanan PBB, juga akibat wilayah geografi yang masih belum begitu jelas.
Sebaliknya, lembaga internasional turut memberi dukungan kepada Palestina. Sekretaris Jenderal PBB mengundang Yasser Arafat untuk menyampaikan pidatonya dalam sidang di New York pada Desember 1988. Namun Pemerintah Amerika Serikat menolak memberikan visa masuk kepada Arafat, sehingga tempat sidang pun di pindahkan ke Jenewa. Dalam pidatonya, Arafat menegaskan bahwa PLO ingin menjalin kontak langsung dengan Amerika. Namun karena lobi Yahudi Amerika yang kuat, Palestina gagal memperoleh pengakuan dari Amerika.
Terdorong keinginan untuk memperoleh wilayah kediaman yang tetap, sejak tahun 1987, orang Palestina melakukan Intifadah, yaitu gerakan yang memperlihatkan sikap bermusuhan secara terang-terangan terhadap Pemerintahan Israel dalam berbagai bentuk seperti: melempar tentara Israel dengan batu, melempar dengan bom molotov, boikot atas berbagai produk Israel, tidak membayar pajak maupun cukai, pengunduran diri secara massal para pegawai Arab yang ditunjuk oleh Pemerintah Israel, dan pemogokan periodik. Gerakan Intifadah ini mendapat dukungan luas terutama dari Pemerintah negara di Timur Tengah.
Menilik sedikit kebelakang saat kekaisaran Ottoman berhasil dikalahkan oleh pasukan Eropa-Amerika wilayah ini berada diwilayah teritori Britania, dan setelahnya Britania memberikan tanah ini kepada bangsa Yahudi Israel dengan alasan Tanah ini adalah tanah yang dijanjikan Tuhan atas Nabi Musa (Moses) dan bangsa Yahudi, sehingga bangsa Israel menganggap bahwa Palaestinian (bangsa Palestina) tidak memiliki hak atas tanah tersebut.
Namun karena disana dulunya di kuasai oleh Great Ottoman seharusnya masyarakat dunia melindungi masyarakat yang berada dikawasan tersebut, karena masyarakat adalah sebuah koloni yang seharusnya dilindungi bukan di hilangkan (cleansing ethnic) seperti yang akan dilakukan oleh bangsa Israel, ini yang menyebabkan berdirinya PLO dan akhirnya melakukan perlawanan terhadap bangsa yang memiliki dukungan kuat dari negara adikuasa.
Jika anda datang ke Palestina dan bertanya kepada anak kecil, dimana Hamas? dia akan menjawab Saya Hamas, dan anjing saya pun seekor Hamas pula, ini yang menyebabkan tentara Israel membunuh orang-orang Palestina. Rasa benci terhadap bangsa Israel sudah tertanam di benak orang-orang Palestina, bahkan anak kecil sekalipun, itulah mengapa jika ada orang Israel lewat mereka selalau melemparnya dengan batu (intifada) karena jenis serangan seperti ini adalah bentuk rasa benci orang-orang timur tengah terhadap seseorang, masih ingat cerita seorang wartawan Mesir yang melemparkan kedua sepatunya ke arah Presiden George Walker Bush tempo hari?
Gaza tidak akan pernah sepi dari semangat mempertahankan harkat, martabat, dan kehormatan, meski di bombardir Gaza tidak akan pernah Runtuh.
We Will Not Go Down (Song For Gaza)
Michael Heart
(Annas Allaf)
A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive
They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right
But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In the night, without a fight
We will not go down
In Gaza tonight
Donasikan infak anda untuk rakyat palestina ke lembaga amal terpercaya!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar